Pada musim pancaroba
seperti sekarang ini banyak orang terkena pilek. Radang yang terjadi pada
lapisan hidung bagian dalam dan tenggorokan menyebabkan produksi lendir lebih
berlebihan.
Akibatnya orang menjadi
sering bersin-bersin untuk mengeluarkan lendir yang mengganggu atau menyebabkan
gatal di dalam hidung dan juga membersihkan rongga hidung atau saluran
pernafasan bagian bawah.
PopularScience menyebutkan
kecepatan udara yang keluar dari mulut dan hidung akibat bersin mencapai 4.5
meter per detik.
Dr. Lydia Bourouiba,
seorang peneliti dari Massachusetts Institute of
Technology baru-baru ini mengungkapkan bagaimana terjadinya
bersin saat keluar dari hidung dan mulut yang menyebabkan tersebarnya virus
penyebab infeksi.
Pada 2014, penelitian
awal yang dilakukan oleh Bourouiba menarik perhatian banyak orang ketika dia
merilis gambar-gambar yang menunjukkan bagaimana bersin bisa mencapai kecepatan
tinggi.
Kali ini studi yang
dilakukannya mengungkapkan cipratan air liur dan ingus lewat video resolusi
tinggi. Temuan ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Physical Society di Boston
pada 24 November 2015.
Berbeda dengan asumsi
banyak orang, cipratan air liur itu tidak seragam bentuk dan arahnya saat
keluar dari mulut saat bersin terjadi.
Tim yang dipimpin
Bourouiba merekam dua orang dewasa yang bersin sekitar 50 kali dalam beberapa
hari. Analisis yang dilakukan terhadap rekaman itu menyimpulkan bahwa ukuran
dan bentuk cipratan yang keluar akibat bersin itu bermacam-macam.
"Anda melihat adanya
cipratan, namun Anda juga melihat proses pecahnya cipratan itu terus terjadi di
luar saluran pernafasan. Bahkan yang mengejutkan, Anda bisa melihat proses
cipratan itu berpencar menjadi lapisan-lapisan, kemudian menjadi semburan,
ligamen, kemudian ligamen itu menjadi cipratan," kata Bourouiba kepadaBBC seraya menyebutkan bahwa cipratan
itu merupakan "jejak awal terjadinya kontaminasi."
Tim peneliti menganalisis
video dua dimensi yang menggunakan dua kamera. Satu kamera untuk merekam pandangan
dari atas, sementara kamera lainnya untuk merekam dari samping. Namun dalam
perkembangannya tim itu menyadari bahwa mereka membutuhkan kamera tiga dimensi
untuk merekam dinamika bersin.
Saat ini para peneliti
sedang menggunakan sembilan kamera kecepatan tinggi untuk merekam bersin dalam
tiga dimensi.
Riset terhadap analisis
rekaman dua dimensi yang berjudul "Visualization of sneeze ejecta:
steps of fluid fragmentation leading to respiratory droplets" akan
diterbitkan dalam jurnal ilmiah Experiment in Fluids dalam
waktu dekat.
Virus yang tersebar lewat
cipratan bersin bisa dihirup atau terpapar orang lain. Proses seperti inilah
yang menyebabkan penyakit seperti SARS, flu dan campak menyebar dengan mudah ke
udara.
Kantor Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit di Amerika Serikat menekankan pentingnya tata cara
bersin dan batuk untuk mencegah menyebarnya infeksi lewat cipratan air liur dan
ingus.
Mereka merekomendasikan
menutup hidung dan mulut dengan tisu atau sapu tangan saat bersin dan batuk.
Selain itu, sering mencuci tangan menggunakan sabun juga disarankan untuk
dilakukan lebih sering saat terserang penyakit flu.
Sumber : http://beritagar.id/artikel/kesehatan/video-ungkap-bahaya-bersin-tanpa-ditutupi
0 Response to "Video ungkap bahaya bersin tanpa ditutupi"
Posting Komentar